Komandan baru dari sayap militer Hizbullat Lebanon yang ditunjuk langsung oleh Garda Revolusi Iran membuat pergeseran yang signifikan dalam hubungan antara Teheran dan kelompok Syiah di Lebanon.
Sayap militer gerakan Hizbullat Lebanon telah mendapat perintah dari Iran untuk menghentikan operasi melawan Israel dan beralih menargetkan serangan ke Arab Saudi sebagai gantinya, Middel East Eye melaporkan.
Instruksi ini hadir sebagai bentuk kemarahan meluas atas terbunuhnya Mustafa Badreddine, komandan militer di Suriah dan kepala sayap militer Hizbullat, dimana Hizbullat menyalahkan pasukan oposisi Suriah yang didukung oleh Riyadh (Saudi).
Menurut sumber-sumber informasi di Lebanon, perintah itu disampaikan secara langsung oleh Qasim Soleimani, kepala Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran (IRGC) yang datang ke Beirut untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Mustafa Badreddine pada 13 Mei 2016 lalu.
Soleimani juga menunjuk pengganti Badreddine dan dua deputinya, yang diyakini merupakan langkah belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan antara Iran dan gerakan Hizbullat Lebanon. Dimana koordinasi antara Hizbullat dan Iran dulunya hanya berlangsung secara internal.
Pengganti Badreddine adalah Fuad Shukr, berusia 55 tahun berasal dari desa al-Nabi Sheeth di Lembah Bekaa, Shukr berasal dari kelompok inti awal berdirinya Hizbullat bersama dengan Imad Mughniyeh, Badreddine, dan Mustafa Sahadah. Setelah lulus dari Imam Hussein University di Teheran, Shukr direkrut sebagai pasukan terlatih.
Soleimani tidak hanya menunjuk kepala baru dari sayap militer Hizbullat, tapi dua deputinya juga, sumber mengatakan kepada Middel East Eye. Mereka adalah Ibrahim Aqil, juga dikenal sebagai al-Hajj Tahsin, dengan nama samaran saat ini adalah al-Hajj Abdul Khader, dan Talal Hamiah.
Penunjukan Shukr terjadi setelah laporan awal dari Asharq al-Awsat menyatakan bahwa keponakan Badreddine, Mustafa Mughniyeh akan diangkat sebagai penggantinya, dan informasi ini tidak benar.
Perintah Iran untuk Hizbullat, dan fakta bahwa mereka telah membuat persiapan panjang untuk menunjuk pengganti Badreddine, menegaskan pentingnya kematian Badreddine untuk Iran, dimana kondisi (sebab kematian) yang sebenarnya masih menjadi bahan spekulasi. Kematian Badreddine terjadi di dekat bandara Damaskus yang pada awalnya Iran maupun Hizbullat menuduh dilakukan oleh operasi rahasia Israel, tapi kemudian diralat dengan pernyataan Hizbullat.
Bunyinya: “Penyelidikan telah menunjukkan bahwa ledakan yang mentargetkan salah satu basis kami dekat Bandar Udara Internasional Damaskus, dan yang menyebabkan ‘kesyahidan’ komandan Mustafa Badreddine, adalah hasil dari pemboman artileri yang dilakukan oleh kelompok [militan Sunni] ‘Takfiri’ di daerah tersebut.”
Namun kenyataannya, posisi artileri pihak oposisi terdekat berjarak 20 kilometer jauhnya dan ada keraguan bahwa tembakan mereka bisa mencapai akurasi dari kejauhan.
(Pemakaman Mustafa Badreddine, komandan Hizbullah, Jumat 13 Mei 2016)
Pernyataan Hizbullat di pemakaman Badreddine menghapus sedikit keraguan dan menguatkan keyakinan mereka dengan menuduh Arab Saudi bertanggung jawab atas kematian komandan militer mereka.
Sejak Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah penyerbuan Kedubes Saudi di Teheran menyusul eksekusi seorang tokoh Syiah, Nimr al-Nimr, hubungan antara Iran dan negara teluk semakin tegang.
Konflik terbaru adalah kegagalan dalam menyepakati pengaturan peziarah Iran untuk melakukan perjalanan haji tahun ini.
Kegagalan dalam empat hari pembicaraan antara kedua belah pihak bulan lalu telah menyebabkan laporan saling menuduh yang akan berarti bahwa peziarah Iran hampir pasti akan kehilangan kesempatan haji tahun ini.
Iran mengatakan bahwa warganya tidak akan berpartisipasi dalam haji dan menyalahkan Arab Saudi untuk masalah tersebut. Haji tahun lalu dirusak oleh insiden kematian sedikitnya 769 jamaah, banyak dari mereka jamaah asal Iran, dalam tragedi di Mina di pinggiran Mekah.
Menurut sumber MEE instruksi yang diberikan Iran adalah untuk melakukan tindakan melawan Arab Saudi sebelum awal ibadah haji pada bulan September. Tugas Shukr adalah untuk mengkoordinasikan aksi militer dengan kelompok paramiliter Irak Syiah, Asa’ib Ahl al-Haq, dan kelompok Syiah di Bahrain Saraya al-Mukhtar.
Agen Hizbullat telah digunakan dalam operasi di masa lalu di Teluk. Seorang anggota kelompok militan al-Dawa, Badreddine ditangkap bersama 17 orang lain setelah pemboman truk AS dan kedutaan Perancis di Kuwait City pada tahun 1983. Pada tahun 1985 Badreddine juga dilaporkan terlibat dalam upaya pembunuhan yang gagal atas emir Kuwait.
Amed Ibrahim al-Mughassil, anggota Syiah Hizbullat Arab Saudi yang diduga mendalangi serangan terhadap barak militer AS di Khobar pada tahun 1996, ditangkap tahun lalu setelah perburuan 20 tahun. Jaringan Hizbullat Saudi, juga disebut Hizbullat el-Hajaz, dekat dengan Hizbullat Libanon dan IRGC.
Sumber: Middle East Eye/MiddleEastUpdate