"Ishlah itu Lebih Baik"
By @Komiruddin Imron
Di suatu pagi,
"Assalamu alaikum," ucap ustadz Munawwar saat memasuki kantor kepala desa Desa Serba Mungkin.
"Wa'alaikum salam. Eh pak ustadz.. silakan duduk," jawab pak kades Paiman dengan ramah. Kades Paiman baru terpilih sebagai kades dua bulan ini.
"Ada apa ustadz pagi pagi sudah sampai di sini....? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pak kades sambil beringsut duduk di depan pak ustadz.
"Ini KTP saya sudah habis masa berlakunya. Mau diperpanjang. soalnya kalau naik pesawat selalu yang ditanya KTP," kata ustadz Munawwar sambil memperlihatkan KTP lamanya.
"Oh itu, gampang... Nanti saya urus. Tinggalkan saja ktp dan KK nya. Kirain ada apa?" Kata pak kades.
"Oh yah, dari tadi saya tidak melihat Sahri, humas kita? Saya dengar sudah tidak kerja di sini lagi? Kenapa?" Tanya ustadz.
"Iya ustadz, beberapa hari yang lalu saya nonaktifkan beliau melalui musyawarah yang melibatkan unsur unsur yang di desa. Ya saya tidak suka dengan gayanya yang kasar dan wataknya yang keras. Saya sudah nasihati agar merubah sikapnya terutama ketika berhadapan dengan LSM LSM.
Ustadz tahu sendiri, gimana kalau LSM itu marah, sekecil apapun kesalahan kita dicari carinya.
Di priode saya, saya ingin tidak ada yang berbuat ulah. Saya ingin tenang. Waktu itu saya tawari tugas lain. Tapi dia tidak mau," Jelas pak kades.
"Pak kades, Sebenarnya kita butuh orang seperti pak Sahri itu. Orangnya tegas, walau kadang kasar. Itu watak orang Palembang. Kita masih ingat ketika beberapa preman pasar mendatangi kantor desa kita ini, siapa yang menghadapi mereka? Pak Sahri.
Walaupun wataknya begitu, tapi setahu saya ia bersih, tidak pernah menggelapkan uang desa atau memeras warga. Bekerja apa adanya.
Saya berharap ada ishlah walaupun saya tahu itu berat.,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.
Itu kata Alquran," timpal ustadz
"Tapi masalahnya tidak sesederhana itu ustadz. ini sudah keputusan musyawarah desa. Kalau kita ralat di mana izzah kita. Di mana wibawa kita. Saya akan tetap pada pendirian saya sesuai dengan musyawarah. Apalagi si Sahri ini sudah melapor ke polisi. Tidak terima pemecatannya," jawab kepala desa
"Pak Kades, masalah wibawa dan izzah itukan persepsi kita. Pak kades apa tidak tahu bahwa keputusan ini membuat warga terpecah.
Bagaimanapun juga Sahri ini idola. Lebih dari 10 tahun dia mengabdikan diri. Masyarakat sudah kadung tahu sepak terjangnya. Kalaupun ada salah kan bisa dimaafkan?.
وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.
Saya dengar pekan depan ada rapat desa dengan jajarannya. Coba ditinjau dan dibahas ulang tentang pemecatan Sahri itu. Sayang dia itu petugas potensial.
Keputusan itu kita yang buat. Tentu kita juga bisa merubahnya. Ia bukan wahyu dari langit.
Tapi itu terserah pak kades. Saya cuman menyampaikan sebagian uneg uneg warga yang tetap ingin solid dan tidak menghendaki perpecahan.
Apa lagi tahun ini kita akan mengadakan lomba desa. Jangan salahkan warga kalau sebagian mereka bersifat apatis dan desa kita jeblok, tak dapat apa apa," ujar ustadz Munawar sambil memandang wajah pak kades.
"Ya pak ustadz, mudah mudahan ada jalan keluarnya," ujar pak kades diplomatis.
"Nah, Karena urusan KTP sudah selesai, saya permisi dulu. Terima kasih atau bantuannya. Assalamu alaikum wr wb."
Ustadz Munawwar segera berpamitan sembari berdiri dan bersalaman dengan pak kades.
Nasihat sudah disampaikan. Beban yang menindih di dada ustadz Munawwar mulai meringan.
Ia masih berharap Pak Kades dan pimpinan desa lainnya dapat memperhatikan aspirasi warga sehingga kondisi desa kembali normal seperti sedia kala.
Natar, Lampung, 21/5/2016.