Oleh: Ustadz Syukri Wahid
(Balikpapan)
1. Politik itu adalah alat netral, yang membuatnya bernilai adalah "ruh" yang mengendarainya.
2. Politik adalah kendaraannya, namun yang mengendalikannya adalah "misi" pengendaranya.
3. Politik itu adalah tentang "kepentingan", tapi lebih penting lagi untuk menjawab apa kepentingan kita untuk politik itu.
4. Politik itu memang tentang menggapai otoritas "kekuasaan", tapi lebih penting jika kita tanya untuk apa kekuasaan itu?
5. Mengawinkan "kepentingan" kedalam "politik" itulah membuat politik ini penuh warna warni.
6. Diatas manusia yang memiliki kepentingan terhadap kehidupan ini, Allah swt jualah pemilik kepentingan hakiki.
7. Semua daftar keinginan Allah swt ada dituangkan-Nya dalam al Quran, itulah yang menjadi daftar pekerjaan kita yg menjadi Khalifah-Nya.
8. Selain syariat berisi daftar keinginan Allah, maka dia juga berisi daftar larangan-Nya, itulah yang membatasi kita.
9. Semua keinginan dan larangan-Nya harus kita realisir dalam kehidupan ini agar tercipta kebaikan dan Ridho Allah swt.
10. Dan dari semua "alat" yang kita butuhkan utk merealisir misi langit, tidak ada yang lebih besar perannya seperti Kekuasaan atau "otoritas".
11. Dan pintu masuk untuk mendapatkan kekuasaan atau otoritas itu adalah dengan menggunakan "kunci politik".
12. Sejatinya para pejuang dakwah politik adalah mereka yang lahir dengan misi langit.
13. Kaki mereka memang di bumi tapi jiwa, akal dan ruuhnya adalah nuansa langit.
14. Mereka masuk dan berkuasa di istana untuk membawa proposal langit, itu alasan mereka hadir.
15. Apa dahulu yang membuat Ratu Balqis penguasa di Yaman terkaget-kaget dengan "surat politik" dari nabi Sulaiman alaihissalam?
16. Dia khawatir dengan "cara politik" nabi Sulaiman as, karena dalam referensinya/pandangannya "politik dan kekuasaan jika bertemu adalah kehancuran".
17. Kekhawatiran Ratu Bilqis diabadikan Allah dalam al Quran: "Innal Muluuka idzaa dakhalal qaryah afsaduuha".
18. Artinya: "Sesungguhnya jika para penguasa itu memasuki suatu negeri maka akan membuat kerusakkan."
19. Namun, Sulaiman alaihissalam bukanlah tipe "penguasa politik" seperti yang dipersepsikan Ratu Bilqis, beliau menjadi "anomali politik" saat itu.
20. Saat Nabi Sulaiman bertemu dgn kekuasaan maka lahirlah kedamaian, bukan seperti Firaun yg bertemu kekuasaan menghasilkan tirani.
21. Apa yang membedakannya, adalah "misi" kepentingannya, Sulaiman alaihissalam penguasa bumi dengan misi langit.
22. Sedangkan Firaun adalah penguasa bumi tapi misi hawa nafsunya.
23. Politik dengan agenda-agenda langit adalah misi suci, dia adalah misi yang hadir sebagai alasan mengapa kita hidup.
24. Para pejuang misi langit hanya memiliki satu agenda penting agar suara langit juga menjadi suara bumi.
25. Agar apa yang diinginkan Allah swt juga menjadi keinginan penduduk bumi ini dan sebaliknya.
26. Politik hanya ingin mempertemukan keinginan Allah swt menjadi keinginan publik untuk itu mereka berjuang di politik.
27. Karena mereka sadar Keinginan Allah swt tak memiliki "tangan dan kaki" yang berjalan turun dari langit menuju bumi lalu diikuti semua orang.
28. Keinginan Allah butuh orang yang membawa dan menghidupkannya di bumi ini, itulah misi pejuang langit. Misi Khalifatullah fil ardh.