PERDA MIRAS Tidak Dapat Dibatalkan

Safari Ramadhan Imam Palestina di Timika Papua


Hafizh Quran, suara merdu, muda, cakep dan menguasai panggung. Itulah yang membuat Syaikh Nezar Abdel Raouf Al-Sheyab, imam Palestina yang bertugas di Timika (Papua) senantiasa disambut dan dielu-elukan jamaah. Dan satu lagi, yang ini saya rasa ‘kesalahan fatal’ panitia di Timika karena menyampaikan ke jamaah bahwa Syaikh Nezar masih bujang, belum menikah.

Pasalnya, status tersebut membuat saya sering kalang kabut. Bagaimana tidak, setiap usai tarawih, jamaah perempuan baik yang muda maupun tua berebut mendatangi Syaikh, bahkan nyaris terjadi histeria… Astaghfirullah. Mereka minta ada sesi foto bersama Syaikh usai shalat tarawih. Apalagi kalau Syaikh mulai bernasyid dengan suara merdunya. Mantap. Bertambah-tambahlah jamaah makin terpana. Bahkan dalam sebuah kesempatan, panitia terpaksa minta bantuan kepolisian untuk melakukan pengamanan karena membludaknya jamaah sehingga Syaikh nyaris tidak bisa keluar. Betul-betul mirip artis...

Itulah penggalan dari perjalanan Syaikh Nezar Abdel Raouf Al-Sheyab yang diundang oleh Sahabat Al-Aqsha menjadi imam tarawih dan dikelilingkan oleh Baitul Maal Hidayatullah ke berbagai daerah. Salah satunya ke Timika, Papua, kota yang juga kali pertama saya kunjungi.

Sambutan atas kehadiran Syaikh dari Palestina ini cukup semarak sejak awal kedatangannya. Begitu tiba di bandara Timika, Syaikh disambut oleh jajaran pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Timika bersama tokoh masyarakat. Keluar bandara dikawal kendaraan voorijder polisi dengan sirine yang meraung-raung sepanjang jalan.

Sepanjang kegiatan Silaturrahim Ramadhan Imam-imam Palestina di Indonesia (SIRAMAN MANIS) di Timika, MUI nampaknya tidak ingin ketinggalan peran. Maka, dalam setiap kesempatan Ketua MUI Timika Ust. Muhammad Amin memimpin langsung penggalangan dana dari jamaah. Seperti melelang harga tangki untuk kebutuhan air bersih di Gaza pada jamaah setiap kali berlangsung penggalangan dana. Hasilnya luar biasa, ratusan juta terkumpul.

Akan tetapi, tidak semua yang dialami merupakan cerita indah. Ada juga ketegangan dan cerita sedihnya. Dalam sebuah perjalanan menuju salah satu masjid untuk melaksanakan tarawih, kami sempat terjebak perang antarsuku, Jawa dan Kay. Pemicunya sederhana, orang Kay naik ojek milik orang Jawa, kemudian jatuh. Bukannya ditolong, malah ditinggal karena tukang ojeknya sudah takut duluan. Marahlah orang Kay dan perang antarsuku tidak terhindarkan. Mobil kami terjebak di tengah mereka. Satu-satunya pikiran saya adalah bagaimana Syaikh selamat. Karena, ini tamu Sahabat Al-Aqsha (SA) dan saya adalah pihak yang paling bertanggung jawab karena mewakili SA. Syukurlah Ustadz Syakir sigap dan segera menelepon Kapolres. Maka, datanglah polisi untuk mengamankan Syaikh keluar dari lokasi perang antarsuku melalui jalan tikus.

Satu lagi yang senantiasa saya mintakan dalam setiap doa-doa saya: semoga Syaikh tidak terkena malaria. Karena, cerita Timika dan Papua seringkali berhubungan erat dengan malaria. Apalagi ustadz-ustadz Hidayatullah sering cerita nyamuk di Papua sebesar anak ayam. Betul-betul membuat saya tidak pernah lepas berdoa. Jangan sampai Syaikh terkena malaria.

Penulis: M Nurman Abu Hikyah | Sahabat Al-Aqsha

Baca Ini Juga

Masukan Email Kamu dan Berlangganan Artikel GRATIS: