"Waktu berlalu begitu cepat”. Mungkin ini merupakan kalimat lazim yang tak ada jenuhnya. Waktu memang berlalu begitu cepat. Sebagian mereka menyesali pergerakan waktu yang tak sadar membuat semuanya berubah, termasuk perpisahan. Tapi aku, aku berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan karena pergerakan waktu. Bukankah seiring waktu berjalan akan lebih banyak hal yang aku nantikan?
Hal paling fundamental yang menjadi harapanku adalah kedewasaan.
Aku percaya dewasa diukur dari cara berpikir, bukan dari umur. Tua dan dewasa itu mirip tapi tak sama. Kata orang, tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Karena dewasa adalah senjataku untuk menghadapi peliknya kehidupan.
Bagaimana cara berkomunikasi, bersosialisasi, menyelesaikan masalah, kedewasaan selalu punya tempat untuk di perhitungkan. Semua harus di lalui dengan sikap yang anggun.
Ada apa dengan dengan kehidupan di lima tahun mendatang?
Tatkala aku berpikir mengapa 5 tahun mendatang selalu menjadi tolak ukur untuk sebuah perubahan? Mengapa 5 tahun mendatang menjadi yang dinanti-nantikan setiap orang atas tujuan hidupnya? Aku butuh penghayatan penuh untuk memahami ini.
Tapi aku yakin, karena di umur yang sekarang, maka 5 tahun itu pasti menjanjikan. Segala hasil dari proses yang diriku lalui saat ini akan terwujud. Harapan-harapan indah yang saat ini menjadi ketidakmungkinan akan selalu aku semogakan.
Keberanian yang kini samar-samar belajar kutanam dalam hati, harus kupegang teguh dalam sanubari.
Tak selamanya hidup harus bergantung dengan orang lain. Aku tahu. Terlebih jika memaksakan kehendak yang tidak sewajarnya. Karena faktor keraguan lah yang membuatku tak cukup nyali menujukkan keberanian dengan sepenuh hati.
Dari awal aku yakin, bahwa sang khalik sudah menganugerahiku keberanian. Namun terkadang hati ini menolak untuk menampakkannya. Bukan apa-apa, hanya karena aku belajar merasakan jika hidup hanya mengikuti arus yang mengalir. Ternyata ini semua tak senyaman bayanganku.
Namun aku paham situasi. Aku menyadari bahwa aku harus hidup mandiri. Berjuang sendiri dan tak menjadi seorang wanita yang memelas harap dari orang lain. Kalimat nyali, “Selama aku bisa melakukannya, akan aku lakukan semampuku” harus terpatri dalam diri ini.
Karena segala sesuatu diperhitungkan lewat perasaan, pada akhirnya tak menghiraukan merupakan cara yang tepat untuk melindungi rapuhnya hati.
Masalah selalu menjadi hal yang tak kuingini terjadi di kehidupan ini. Namun masalah terberat dalam kehidupan ini adalah masalah hati. Sehebat apapun seseorang tetap tidak dapat menakhlukkan masalah hati yang terkadang mendera.
Akhirnya, Berbalik badan seakan tak tahu apa yang terjadi. Alih-alih berdoa dan terus mendoakan tetap cara meditasi terbaik yang aku lakukan. Karena begitu, aku akan selalu ingat dengan sang pemilik hati, dan aku tetap dapat menjalani hari-hariku tanpa risau. Jadi bersabarlah wahai diriku, karena lima tahun mendatang akan menjadi jawaban atas semua penantian itu.