Oleh: Ustadz Abrar Rifai
Facebook kini rajin menampilkan kenangan postingan-postingan lama. Nah, pada postingan hari ini dua tahun lalu, seorang teman berkomentar di sebuah note saya. “Kullu hizbin bima ladaihim farihun. Yaa, seperti Mas Abrar ini, pastilah ngebelain partainya: PKS!”
Karena yang komen adalah seorang dosen bahasa Arab, saya sengaja membalasnya dengan bahasa Arab, “Maa daama 'alal haqqi nudaafi' 'anhu. Fa idza kharaja 'anhu nuqawwimhu bissaif!” begitu tulis saya. Artinya, “Selama partai ini berada pada kebenaran, kita akan membelanya. Tapi kalau ia sudah melenceng dari kebenaran, kita akan meluruskannya dengan pedang!”
Maka, kini ketika banyak yang bertanya, kenapa saya membela Fahri. Saya jawab, saya tidak sedang membela Fahri. Namun saya membela kebenaran. Saya tegaskan bahwa kalau dengan keyakinan saya ini, semua orang-orang PKS akan memposisikan saya sebagaimana kebencian sebagian mereka terhadap Fahri, bagi saya itu tidak masalah.
Seorang teman yang menyoal status-status saya terkait pemecatan Fahri, mengingatkan bahwa saya tidak semestinya bersikap seperti ini. Sebab bagaimana pun saya tetap adalah bagian dari barisan ini. Menanggapi itu, saya berujar, “Akhi, jangan pernah takut untuk dikeluarkan dari suatu jamaah tersebab kejujuran yang kau genggam. Sebab wala` tertinggi kita tetap hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita kelak tetap akan pulang kepada Allah, dengan amal kita masing-masing.”
Sekali lagi, siapapun tidak bisa menjarah sikap saya. Bahwa sikap saya ini dikatakan tidak sepenuhnya sikap yang mandiri, sudah barang tentu. Karena siapapun kita, ia pasti akan bersikap setelah mendapatkan masukan, memperoleh informasi, membaca dan mendengar. Karena hanya orang gila saja yang akan bersikap tanpa adanya hal yang melatarbelanginya.
Mandiri memang bukan berarti berdiri sendiri. Tapi sikap mandiri adalah bagian upaya untuk masuk ke golongan: “Alladzina yastami'unal qaula fa yattabi'una ahsanah!”
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS.Az-Zumar/39: 18)
خذ الخق وان خرج من لسان الفجار واترك الباطل وان نطقه الاخيار
(Khudzil haqqa wa in kharaja min lisanil fujjaar, watrukil bathil wa in nathaqahul akhyaar!)
"Ambillah kebenaran itu walaupun keluar dari lisan orang-orang brengsek dan tinggalkan kebatilan walaupun diucapkan oleh orang-orang mulia."