PERDA MIRAS Tidak Dapat Dibatalkan

ADA APA DIBALIK RISET "Denpasar Kota Paling Islami, Padang Terburuk"


by Afni Zulkifli

Berita di bawah ini, tidak hanya autokritik tapi juga bikin pertanyaan besar. Apa iya begitu? Apa iya di daerah dengan mayoritas muslim justru tidak lebih baik dari daerah minoritas muslim? Apa iya Al Quran hanya jadi 'pajangan' dan bukan pegangan? Apa dasar penelitiannya, apa metodologinya? bisakah indikator Islami dapat didampingkan dengan local wisdom? Berita yang bikin mikir.

Karena dari judul aja, sudah aneh. Bali dan Padang itu secara kultur aja udah beda. Di Bali, duduk tepi pantai pakai kutang dan celdam warna warni gak masalah. Muslim juga jadi minoritas. Local wisdomnya kuat. Jadi wajar kalo muslim di sana beribadah yg kuat, karna pasti lebih istiqomah. Kalo di Padang, mayoritas muslim. Heterogen. Wajar pula kalo tingkat kejahatan (misalnya) tinggi. Karena pelaku biasanya ya berasal dari kelompok mayoritas. Survey ngawur...!!!

Jika survey ini ingin mengatakan bahwa Al Quran dan banyaknya surau bukan jaminan akan hidup aman, bahagia dan tentram, maka yang patut dipertanyakan: Maksud Loeee...?!?!?! Biar bahagia, aman dan tentram harus niru 'di Bali' gitu ?!?

Jika saya lebay akut, kesimpulan saya survey ini ingin menyampaikan pesan: Oiiiiiii....kalian ngaku hidup dengan Islam, berpegang teguh katanya ama Al Quran dan hadist, tapi hidup kalian gak aman lhooo. Kalian gak bakal bahagia. Al Quran can't make you happy and safety.

Tanpa mengurangi unsur positif untuk muslim lebih mengaca diri, survey ini bahaya banget.

Saya lagi lebay dan mengkhawatirkan, ada yang ingin 'membalikan' Indonesia dengan mengatakan 'Tuh, banyak surau, Al Quran dimana-mana, bukan jaminan aman dan bahagia lho. Justru sebaliknya'. Ah saya lebay...

Ini beritanya. Mari pikirkan sama-sama:

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/773493-riset-denpasar-kota-paling-islami-padang-terburuk



Baca Ini Juga

Masukan Email Kamu dan Berlangganan Artikel GRATIS: